Gagal lagi.
Hyandra melangkahkan kakinya tanpa ragu memasuki rumahnya, dengan tangan yang menenteng dua kantong plastik besar berisi barang yang ia beli seketika saat mengetahui istrinya tengah mengandung anak keduanya.
“Bunda, Ayah pulang!” seru Ken. Hyandra mengangkat kedua kantong itu sejajar dengan kepalanya saat melihat Ken mengintip dari balik sekat pembatas ruang tamu dengan ruang TV.
Melihat ayahnya pulang membawa kantong plastik besar, Ken pun antusias menghampiri ayahnya. “Ayah, bawa apa itu?” tanya Ken penasaran.
“Banyak, ayo dibuka sama Bunda.” Sahutnya lalu menggiring Ken kembali ke ruang TV.
“Pantesan lama banget, mampir dulu ternyata. Kamu beli apa kok sampai dua kresek besar?” Tanya Jia saat Hyandra meletakkan dua kantong plastik besar itu di meja.
“Alat sama bahan buat bikin kue, kamu sempet bilang pengen belajar bikin kue kering kan?”
“Gak salah, Mas? Kemarin aja kamu sampe diemin aku seharian karena masak pake microwave dari Kevin.” Jia menatap heran suaminya.
“Nggak, sekarang kamu lakuin aja apa yang kamu pengen. Kalau barang atau bahannya gak ada, bilang aja. Aku beliin.”
“Gak lagi kesambet setan kantor kan, Mas?” tanya Jia memastikan.
“Loh, Bunda. Di kantor Ayah ada hantu?” tanya Ken kepo.
“Adaㅡ”
“Nggak ada. Jangan dengerin Ayah,” Jia langsung menyela jawaban Hyandra dan melayangkan tatapan tajam pada lelaki itu.
Jia lantas segera mengalihkan perhatian, “Ken mau ikut Bunda sama Ayah nggak? Kalau mau ikut, mandi dulu. Bunda temenin mandinya.”
“Mau ditemenin Ayah aja, Ken mau kasih tau rahasia Bunda biar dikasih mainan sama Ayah.”
Hyandra yang mendengar celotehan Ken pun tertawa, “Yaudah iya sama Ayah, Ken mandi aja dulu nanti Ayah nyusul. Ayah ambilin handuknya dulu.”
Lalu Ken mengangguk dan berlari menuju kamar mandi atas.
Melihat Ken sudah cukup jauh dari pandangannya, Hyandra langsung meraih kedua tangan Jia. “Yang, beneran kan? Aku masih gak nyangka kalau dikasih titipan lagi secepat ini.”
“Beneran, Mas. Aku cek pakai empat testpack yang beda merk, hasilnya sama. Positif.”
“Berarti mual yang tadi pagiㅡ”
“Iya, Mas. Sebenernya aku udah ngerasa aneh sama badan aku dari beberapa hari yang lalu. Buat tengkurep perutku rasanya engap banget, gak biasanya gitu. Terus ditambah tadi pagi kepala pusing sama agak mual kaya waktu hamil Ken. Tapi sama sekali nggak lemes, makanya aku gak bilang apa-apa ke kamu karena takutnya cuma sakit biasa. Yaudah aku inisiatif beli testpack biar gak penasaran. Dan ternyata hasilnya, positif.” Jia menjelaskan dengan mata yang berkaca-kaca.
Sama seperti Hyandra, Jia juga tak menyangka ia kembali mengandung darah dagingnya secepat ini. Jauh dari perencanaan mereka yang merencanakan promil akhir tahun nanti, saat Ken genap berumur 6 tahun.
“Sini, Mas mau peluk. Mumpung Ken gak ada,” Hyandra merentangkan kedua tangannya, yang berarti siap menerima pelukan dari istrinya.
Jia pun langsung menghamburkan pelukannya pada Hyandra. Jujur saja Jia sangat rindu diperlakukan seperti ini oleh pria itu. Bagaimana tidak? Semenjak Ken beranjak 4 tahun, Jia sudah tak bisa bermanja ria dengan Hyandra. Bocah itu selalu saja menengahi keduanya. Paling sering ialah Ken yang selalu saja datang disaat yang tidak tepat.
“Ayah! Ken udah selesaiㅡ Ayah! Jangan peluk-peluk Bundanya Ken!”
Bisa ditebak siapa yang berteriak tak terima, sudah pasti ialah Ken. Bocah itu berdiri di ambang pintu kamar. Terlihat Ken yang telanjang, tak lupa badannya masih basah sesudah mandi karena Hyandra belum membawakan handuk untuk Ken.
Hyandra menghela nafasnya kasar dan melepaskan pelukannya pada Jia dengan lemah. Moment yang harusnya menjadi romansa bagi Hyandra dan Jia, lagi-lagi digagalkan oleh 'buntut' mereka.
“Jangan kesini, nanti becek! Ayah ambilin handuknya sebentar,” peringatnya pada Ken sebelum bocah itu ikut menyusul keduanya ke lantai bawah.
'Punya buntut satu aja susah bener mau pacaran, apalagi nanti nambah jadi dua. Stres banget gue butuh afeksi,' Suara hati calon ayah beranak dua.