“Kamu gapapa?”

“Loh, Bundanya mana?” Tanya Hyandra saat mendapati Ken ke ruang makan sendirian tanpa Jia.

“Yah, Bunda badannya panas kaya susu ini.” Sahutnya menjelaskan sembari menyentuh gelas berisi susu hangat di meja makan.

Pernyataan Ken pun sontak membuat Hyandra khawatir, “Bunda udah bangun atau masih tidur?” tanya Hyandra.

“Udah bangun, tapi masih pakai selimut, Yah.”

“Ken makan sendiri dulu ya? Ayah mau nyamperin Bunda sebentar,” Pamitnya pada Ken lalu berjalan ke kamar menghampiri Jia.

***

“Sayang? Kata Ken badan kamu anget, kamu gapapa?” tanya Hyandra seketika saat sampai disamping ranjang tempat Jia terbaring dibalik selimut. Tangan Hyandra bergerak mengecek suhu di dahi istrinya itu.

“Gapapa, cuma pusing aja dari subuh tadi. Perut rasanya gak enak banget, kayanya masuk angin.” tuturnya yang masih setia di dalam selimut.

“Gara-gara hujan-hujanan kemarin nih pasti. Udah Mas kasih tau kalau hujan mending neduh di sekolah dulu,” Hyandra beralih duduk di tepian ranjang.

“Kemarin itu lama banget ujannya, Mas. Ken ngeluh laper karena belum makan siang. Masa aku diem aja?”

“Kenapa gak minta Pak Dadang jemput pakai mobil? Daripada kamu kehujanan ujungnya sakit begini,”

“Gak kepikiran. Kalau kamu mau ngomel mending keluar deh, Mas. Aku makin pusing nyium bau kamu terus kamu ngomel-ngomel juga,” Jia mendorong pelan tubuh pria yang sedari tadi mengoceh di depannya.

“Emang Mas bau?” Hyandra lantas mengendus tubuhnya, memastikan bahwa dirinya tidak bau seperti apa yang dikatakan istrinya itu.

“Wangi kok, Mas pakai parfume yang kamu beliin bulan lalu. Hidung kamu bermasalah deh kayanya, coba cium lagi baunya.” timpalnya lalu kembali mendekatkan tubuhnya pada Jia agar gadis itu dapat mencium aroma parfume dari kemejanya.

Bukannya mencium aroma wangi, Jia malah menganggap aroma kemeja Hyandra sangat aneh dan membuatnya seketika mual. Ia langsung menyingkap asal selimut yang menutupi tubuhnya lalu berjalan cepat menuju kamar mandi sembari menutup hidung dan mulutnya.

Melihat itu, Hyandra pun berjalan menyusul Jia ke kamar mandi. Ia bergegas melipat lengan kemejanya lalu menyingkirkan rambut Jia yang menjuntai sampai wastafel. Kemudian tangan kanannya bergerak memijit tengkuk Jia.

“Udah Mas. Gak akan keluar soalnya belum ada makanan yang masuk,” pasrahnya.

“Ke dokter aja gimana? Sekalian nganterin Ken sekolah, pulangnya kita mampir.”

“Gausah, Mas. Nanti siangan pasti udah mendingan kok,” Jia mengelak.

“Beneran?” Hyandra memastikan.

“Aku gapapa, Mas. Ini mualnya cuma karena belum makan terus nyium parfume kamu yang baunya aneh itu. Udah jangan khawatir sama aku, mending kamu temenin Ken sarapan.”

“Yaudah, kalau gitu ayo Mas bantuin balik ke tempat tidur.”

Hyandra meraih pundak Jia dan menuntunnya kembali ke tempat tidur.

“Ayah! Ken udah selesai sarapan,” Jerit Ken lalu memasuki kamar Jia dan Hyandra.

Hyandra pun menoleh ke belakang dan melihat Ken berjalan ke arahnya. “Kok tumben cepet banget makannya?” Tanya Hyandra heran. Biasanya bocah itu akan memakan sarapannya selama 10-15 menit.

“Mau cepet sekolah, biar ketemu Zala.” Sahut bocah berumur 5 tahun itu.

Hyandra yang mendengar penuturan anaknya itu pun langsung menoleh pada Jia, seolah meminta penjelasan. “Ya bukannya wajar mau ketemu temennya, Mas? Kamu kenapa deh sensitif banget kalau udah berkaitan sama Pak Asa,” Jia menjelaskan sembari merasa heran dengan suaminya itu.

“Gatau kesel aja bawaannya keinget kamu dikira janda sama duda itu,” Jawab Hyandra ketus.

“Ken, sini salim sama Bunda.” Jia mengabaikan Hyandra yang mulai ngelantur, lalu perhatiannya beralih pada Ken yang berada di samping Hyandra.

“Ken hari ini dianterin Ayah dulu ya,” Sambungnya.

Ken mengangguk antusias, “Ken kangen dianterin Ayah,”

“Sarapan dulu sana, terus minum obat. Mau dianter ke kamar aja sarapannya? Kayanya masih ada obat masuk angin di kotak obat. Kalau ada apa-apa kabarin,” Hyandra mengusak pucuk kepala Jia.

Jia menggeleng, “Aku gak lemes kok, Mas. Cuma agak pusing, nanti aku yang kebawah aja.”

“Ayah! Kita naik mobil raksasa punya Bunda kan?” tanya Ken antusias.

Yang dimaksud Ken ialah mobil range rover pemberian Hyandra dua tahun lalu. Mobil yang nyaris tak tersentuh bila bukan Hyandra yang menggunakannya. Hyandra biasanya hanya menggunakannya saat Ken atau Jia yang meminta. Seperti contohnya hari ini.

“Udah sana pakai aja, gak perlu izin sama aku. Itu kan mobil kita semua, kalian bebas pakai itu.” Jia memotong sebelum Hyandra yang meminta izin padanya. Dan Hyandra membalas dengan acungan jempol.

Hyandra dan Ken pun bergegas keluar kamar untuk berangkat.

“Dadah Bunda! Cepet sembuh!” pamit Ken sembari melambai dari balik pintu yang sedikit lagi tertutup sempurna.